JANGAN TAKUT DIKRITIK

Taukah kamu? Bahwa Tuhan, Sang Pencipta dan pemberi rizqi yang Maha Mulia saja kerap kali mendapatkan cacian dan cercaan dari orang-orang tolol yang tak berakal. Maka, apalagi kita, manusia biasa yang sudah menyandang gelar; mahallul khoto’ wan nisyan (tempatnya salah dan lupa). Dalam hidup ini, terutama jika kita adalah seseorang yang selalu memberi, memperbaiki, mempengaruhi, dan membangun, maka kita akan selalu menjumpai keritika-keritikan yang pedas, pahit, asam, asin, dan keritikan-keritikan yang lain. Bahkan, mungkin pula mendapatkan cemoohan dan hinaan dari orang lain.

Apabila hal itu sudah terjadi, maka cobalah kita untuk menafakuri apa yang pernah di wejangkan oleh Syaikhinal Faqier ila rohmatillah Sholeh Sinwan Adra’i. Beliau pernah berkata, “Janganlah engkau pernah berfikir menjadikan semua orang di dunia ini akan merasa suka dan cocok terhadap dirimu, tapi berfikirlah; bagaimana caranya agar kau tetap berperasangka dan bersikap baik terhadap mereka. Sungguh banyak orang-orang yang dikucilkan, ditindas, diancam, difitnah, dihina, diusik ketenangannya, bahkan ada yang sampai dibunuh. Tapi justru mereka menjadi lambang bahwa mereka adalah orang-orang yang hebat di sisi Alloh. Sebagian contohnya adalah Nabi Nuh As, Beliau berdakwah kurang lebih 950 tahun mengajak kaumnya pada jalan kebenaran, tapi dia justru dicemooh dan dianggap GILA bin SENTENG alias STRESS oleh kaumnya. Dan juga Nabi Ibrohim As, yang Alloh memanggilnya dengan sebebutan Kholilullah (Kekasih Alloh) atau yang juga dikenal sebagai Bapaknya ilmu tauhid. Justru dibakar hidup-hidup oleh kaumnya. Bahkan Nabi Muhammad SAW, Sang Insan sempurna yang menjadi penutupnya para Anbiya’, yang sudah dibai’at oleh Alloh sebagai manusia pertama yang akan menginjakkan kakinya di taman surgaNya. Dia pun tak luput dari hinaan dan cacian kaumnya. Dituduh sebagai tukang sihir dan dibilang orang tak waras, itu sudah biasa. Bahkan beliau hampir terbunuh saat berada dalam peperangan Uhud.” Lalu apa makna dari semua itu? Apakah Alloh memang benar-benar rela dan membiarkan hamba-hambanya dipermainkan dan didholimi? Jawabannya adalah; Tidak. Semua itu hanyalah pengukuhan tidak logis dari Alloh atas kualifikasiNya di dunia ini untuk mencari siapakah hamba yang benar-benar berhak untuk menyandang gelar sebagi True Fighter (pemenang sejati) dari Alloh?

“apabila engkau bercita-cita menjadi sebuah pohon yang kokoh, tinggi dan besar,

Maka, bersiap-siaplah untuk diterpa angin dan badai. Tapi bila engkau tidak siap,

Jadilah saja rumput kecil yang tumbuh di tengah-tengah semak belukar,

Tapi siap-siaplah dikencingi dan di kotori oleh binatang-binatang yang lewat didekatmu.”

Perlu kita ingat-ingat lagi, bahwa orang yang duduk di atas tanah tidak akan pernah terjatuh, dan manusia tidak akan pernah menendang anjing yang sudah mati. Adapun mereka, marah dan kesal kepada kita adalah karena mungkin kita mengungguli mereka dalam hal kebaikan, keilmuan, tindak tanduk, ataupun harta. Jelasnya, kita di mata mereka adalah orang berdosa yang tak terampuni sampai kita melepaskan semua karunia dan nikmat Alloh yang ada pada diri kita. Dan menjadi orang yang bodoh, goblok, tolol, miskin, melarat, sakit-sakitan, dan menderita adalah yang mereka inginkan dari diri kita.

Oleh sebab itu, waspadalah terhadap apa yang mereka katakan. Kuatkan jiwa untuk mendengarkan keritikan dan hinaan mereka. Bersikaplah laksana batu karang yang tetap kokoh meski terus-menerus diterpa ombak yang besar. Maksudnya, jika kita merasa terusik dan terpengaruh dengan kritikan mereka, berarti kita telah meluluskan keinginan mereka untuk mengotori dan mencemarkan kehidupan kita. Padahal, sikap terbaik yang harus kita lakukan adalah menjawab atau merespon kritikan itu dengan menunjukkan sikap yang baik. Biarkan saja mereka, dan jangan pernah merasa tertekan oleh setiap upaya mereka untuk mnjatuhkan kita. Sebab, kritikan mereka yang menyakitkan itu pada hakekatnya merupakan ungkapan penghormatan untuk kita. Dalam artian; Keberadaan kita sudah diperhitungkan oleh mereka. Dan yakinlah, bahwa bagaimanapun dahsyatnya tipu daya mereka untuk manghinakan kita, sungguh tidak ada manfaatnya sama sekali. Sebab yang mempunyai wewenang untuk memulyakan atau merendahkan derajat seseorang hanyalah Alloh Robbul ‘Izzaty. Janganlah bersedih dan janganlah takut atas semua yang mereka katakan. Jadikan saja semua itu sebagai motivasi untuk bisa berkarya dengan yang lebih baik untuk selanjutnya. Anggaplah bahwa kejadian-kejadian seperti itu merupakan sebuah hukum alam yang tidak dapat ditolak dalam kehidupan ini. Karna pada hakekatnya, apabila kita ingin diterima oleh semua pihak, dicintai semua orang, dan terhindar dari cela, berarti kita telah menginginkan sesuatu yang mustahil terjadi dan mengangankan sesuatu yang terlalu jauh untuk diwujudkan.


Article by; Rohman El Zarazy CaLm
(Masa-masa indah di Bumi Katol)

Good Bye Nurusshaleh...!

Nurusshaleh……
Ku bersimpuh menatapmu dengan acuan air mata
Mengenang masa-masa indah
yang takkan kembali di hari esokku.
Lalu, terlintas dan terasa dalam benak ini akan sesal
Saat segontai kaki menatap esok yang jauh di sana
Saat tangan mulai meringkus waktu menjadi alur cerita.

Nurusshaleh……
Dengan kibaran semangat penuh arti
Kau lukis kalimat santun
pada senja yang tak sempurna dalam kanvas hidupku
Untuk menyingkap tabir-tabir kejahilan
yang terselubung dalam logika.
Penamu telah menggores malam dengan nurun ala nurin
Suaramu telah berirama menjadi fatwa-fatwa pengusir kegelapan.

Nurusshaleh……
Melepasmu bukanlah senyum dan canda tawa
Mengasingkanmu dari hati dan jiwa
bukanlah arti dari kebebasan. Serta,
bukanlah sebuah pesta
saat wajah tak menatapmu dari waktu kewaktu.
Tapi, tangisan dalam gelap yang menanti atas sesal.
Maka, berikanlah bekalmu di hari ini untuk yang esok
Kibarkan bendera keagunganmu
untuk menaungi langkah-langkah yang terlepas,
Ketika telinga tak mendengar
dan mata ini sudah tak bisa menatapmu menuju kedamaian
Saat derama kehidupan mulai menyentuh iramanya.

Nurusshaleh……
Berdiri disini esok adalah putra-putramu
Yang menanti dan berharap sama
Serta tersenyum penuh harapan.
Ajari mereka tentang kejujuran dan keadilan
dari putaran waktu hingga senja melukis masa.
Berikan mereka semangat menggenggam pena
di atas kertas kesucianmu.
Jadikan mereka yang terbaik dari pada yang baik
Jadikan mereka generasi yang mampu menghapus kejahilan
Jadikan mereka yang menulis penuh dengan kejujuran
hingga kau dapat melihat mereka lalu kau terhibur.

Nurusshaleh………
Ku langkahkan kedua kaki untuk meninggalkan mu
Dengan lambaian tangan.
Karena waktu telah memanggil ku untuk hari yang esok.
Ku teteskan air mata
Dan berharap di atas hamparan sejadah penyesalan
Semoga engkau dapat meridhoi Jiwa dan raga
Yang selama ini terayun dalam pangkuanmu.
Ku ucapkan selamat tinggal
Namun, bukanlah yang terakhir dari segalanya,
Bukanlah yang terlepas dari sebuah tatapan,
Bukan pula sebuah pisah
yang tak pernah kembali menjadi sua kebersamaan.

Wahai…… Nurusshaleh
Maafkan dosa dan khilaf saat ini dan untuk selamanya
Atas cerita yang tak pernah menjadikan sejarah mu sebagai impian.
Selamat tinggal Nurusshaleh…
Nama mu akan tetap basah dalam kekeringan hatiku.
Selamat berjuang pada yang menanti dan yang mengharapkan mu
Karena mereka adalah adik-adikku
yang akan terbangun oleh suara irama fatwamu.
Jadikanlah ceritanya sebagai mutiara
yang berkeliau dalam gelapnya malam.
Karena di depannya
Berkobar beribu tantangan yang akan menerkam.
Selamat tinggal dan selamat berjuang Nurusshaleh.

By; Rohman eL Zarazy Calm SerbaSalah
(Bumi Katol Dalam Senandung Kegelisahan)

Sebait Senyum Untuk Nurusshaleh

Nurusshaleh…
Bagaimanakah engkau harus ku baca?
Dengan nurani saja?
Ataukah dengan logika tak sehat pula?

Nurusshaleh…
Dari sudut manakah engkau harus ku lihat?
Diantara cita-cita dan cinta?
Ataukah hanya dalam khayalan saja?

Nurusshaleh…
Namamu begitu bercahaya
Seterang rindu yang sudah ku persiapkan untukmu.
Tapi, di sekelilingmu burung-burung berkicau ria
Mendendangkan sesuatu
Yang tak pernah ku pinta dalam doa-doa panjangku.
sedangkan di atas altar sucimu
Masih tersisa amis darah para pahlawan tanpa jasa
Yang tertikam ego dan spekulasi yang tiada henti.
Potret buram mereka terpanpang menawan
Laksana lukisan-lukisan keabadian.

Aku gelisah Nurusshaleh… Aku resah…
Maka idzinkanlah aku untuk melihat wajahmu lebih dekat.
Biar ku taburi dirimu dengan wangi bunga seribu warna.
Agar burung-burung itu bungkam
Dan terpesona dengan keagunganmu.
Di atas mu akan ku nyalakan lampion-lampion kecil seindah pelangi,
Agar terlihat jelas wajah-wajah para hipokrit
Yang senantiasa menjilati warna asli mu,
Dan hanya bersembunyi di balik dzikir-dzikir murtadnya.

Nurusshaleh…
Ku haturkan maaf sedalam kalbu untuk mu.
Teruslah bersinar dalam jiwaku
Dan bila kau lelah
Rebahlah sejenak dalam imajinasiku,
Kan ku belai dirimu dengan senyuman terindahku.

(Bumi katol dalam Senandung kegelisahan)