KETIKA CINTA HARUS MEMILIH

Ketika Sang fajar mulai muncul mengintai bumi, hati tak kuasa menahan perihnya gelombang asmara percintaan. Kicauan burung menyanyikan melodi cinta terdengar dari sudut-sudut alam yang mengintai sang insan yang lagi merana dibalik batu taman bimbi.
Kedurjanaan telah merantai relung kalbu yang penuh dengan tawa bahagia dikala sang fajar melambaikan tanganya di Alam raya, suasana terasa gelap gulita mengalabui pakian alam yang penuh dengan warna warni keindahan. Mulut terasa bungkam dan terkatup disaat sang bidadari terbang dari kayangan menjelma dihadapanku merayu-rayu meminta perhatianku, memupuskan kemauan hatiku yang sudah terbang bak pasawat Adam Air yang ingin menghampiri kota Paris nan jauh disana. Bidadari itu telah menghipnotis kemauanku dan cita-citaku yang melambung tinggi diatas sana mencari jati diri untuk masa depanya, namun…! Aku sadar bahwa bidadari ini adalah makhluk utusan Tuhan yang diturunkan untuk menguji nyaliku dihadapan tatapan kesuksesan di alam indah ini.
Keluargaku adalah orang agamis dan akademis yang ingin memberikan penghargaan termulia terhadap anaknya tuk menghadapi masa depan kelak.. Kurundingkan kedua cintaku terhadap orang yang memberikan titisan darahnya terhadap diriku dalam rangka memilih yang terbaik dalam aplikasi hidupku ini, tapi keadaan, ucapan dan kemauanya berbeda dengan harapanku yang terlena akan bidadari cantik itu. Perasaan jiwaku selalu tertuntut memenuhi tuntutan perasaan birahi.yang aku miliki, itulah gravitasi cewek yang mempunyai nama LAYLA yang selalu membuatku terhipnotis disaat melihat bibir merah delimanya.
Namun…! kuucapkan lafal pujian terima kasih terhadap Tuhan, ketika kuingat diriku akan terombang ambingnya perasaanku dikala aku harus memilih dua cinta yang aku miliki. Dikarenakan aku bisa memilih cinta yang terbaik dalam aplikasi hidupku ini berkat wadaliini yang so’ penda’i hebat dalam memberikan tausiahnya terhadap diriku. “Cinta bisa membutakan dan kadang bisa membahagiakan asalkan tidak didasari nafsu birahi”, itulah perkataan temanku yang so’ bijak dikelas XI.
Hari demi hari ku lalui dengan dipenuhi hantu kebingungan yang kian tidak menentu arah hidupku, kemana kaki harus melangkah dan kemana tangan harus meraba mencari solusi kemauan hati yang kontraduktif? Dan akhirnya kupasrahkan diri kepada Sang Ilahi Robbi sebagai manevestasi kelemahan insan dengan sholat Istikhoroh dalam rangka mengharap petunjuk-Nya

Tidak ada komentar: